Kenapa Rasa Bosan itu Penting: Hadiah Untuk Anak di Dunia Penuh AI Chatbot
Bagaimana Kebosanan Meningkatkan Kreativitas Anak dan Kenapa Orang Tua Harus Membantu Mengontrol Pengaruh AI pada Anak-Anak
Percakapan Yang Mengubah Rencana Liburan Sekolah Kami
Minggu lalu, saya dengan asyik mengutak-ngutik tabel spreadsheet untuk membandingkan opsi perkemahan di masa libur sekolah (ada topik STEM, seni, alam, olah raga, dll). Beberapa diantaranya bahkan direkomendasikan oleh orang tua lain di kelas anak saya.
Suami saya kemudian bertanya, “Apakah kita benar harus mendaftarkan dia ke semua kegiatan ini? Apakah kita tidak bisa beristirahat sejenak?”
Saya merasa sangat bersalah. “Tapi bagaimana kalau dia tidak ikutan? Semua anak lain kan ikut program perkemahan...”
Dia tersenyum dan berkata, “Bukan tugas kita untuk menghibur anak kita setiap saat. Banyak kok yang bisa dia lakukan. Mungkin gak apa-apa kalau dia sedikit bosan.”
Saat itu saya langsung tersadar:
Bagaimana kalau kita biarkan saja ya dia bosan? Alih-alih merencanakan kegiatannya setiap detik, kita malah kasih dia ruang untuk bisa bebas dan berimajinasi di liburan sekolah ini?
🤖 Konsep AI Minggu Ini: GenAI (Generative AI)
Apa sih maksudnya: AI Generatif (GenAI) memprediksi sesuatu, seperti kata berikutnya dalam sebuah kalimat atau bagian berikutnya dari sebuah gambar, berdasarkan pola yang dipelajari dari sejumlah data yang dia bisa akses. AI ini tidak berpikir atau punya perasaan seperti manusia; ia menggunakan matematika dan probabilitas untuk menyusun ulang apa yang ia sudah lihat.
Apa artinya untuk orang tua: GenAI bisa meringankan beban mental kita dengan mengatur jadwal atau menyarankan ide menu makan. Tapi sebaiknya anak-anak tidak menggunakan GenAI tanpa pengawasan atau tanpa bimbingan orang tua atau guru. Ini adalah saat yang tepat bagi orang tua dan anak-anak untuk belajar AI bersama-sama. Simak yuk panduan BICARA (TALK) & BERPIKIR (THINK) tentang AI untuk memandu percakapan Anda dengan Anak:
TALK & THINK Article | TALK About AI Video | THINK About AI Video
🧒Bagaimana cara menjelaskan GenAI ke anak-anak kita
Untuk anak umur 5-10 tahun:
GenAI itu seperti asisten cerdas yang bisa mengakses banyak gambar dan kata-kata. Nah, ketika kamu memberikan ide atau instruksi, genAI akan memadukan berbagai gambar dan kata-kata tersebut untuk membuat sesuatu yang baru, seperti bagaimana kamu bisa merakit benteng atau istana dari mainan blok lego kamu. Tapi, kamu tetap perlu memberi genAI petunjuk atau arahan tentang apa yang kamu mau buat.
Untuk anak umur 10+ tahun:
GenAI belajar dengan mempelajari banyak tulisan, gambar, dan video. Kemudian, ketika kamu menanyakan sesuatu, ia akan menggunakan pola yang dipelajarinya untuk menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. AI ini pandai mengombinasikan ide dan meniru pola, tetapi ia sebenarnya tidak memahami maknanya seperti halnya manusia. Semacam autocomplete yang sangat pintar.
💡 Reflective Bytes: Sejak Kapan Sih Rasa Bosan Jadi Sangat Susah Ditolerir?
Dengan AI yang sekarang siap menghibur kita setiap saat, apakah kita tidak lagi bisa mentoleransi rasa bosan? Sejak kapan ya beberapa menit keheningan jadi terasa sangat tidak nyaman bagi saya dan anak-anak saya?
Kita hidup di dunia di mana teknologi, terutama AI, mengetahui apa yang kita suka dan mengisi setiap momen hening dengan swipe, scroll, atau prompt. Bahkan sedikit rasa “gak ada yang bisa dilakukan nih” pun terasa amat mengganggu.
Tapi, justru ini yang saya pelajari: ketidaknyamanan dan kebosanan inilah yang justru memicu kreativitas, ketangguhan, dan self discovery. Hal yang tidak dapat digantikan oleh sebuah algoritme.1
Dulu saya pikir rasa bosan adalah sesuatu yang harus ditangani secepatnya. Sebuah ruang kosong yang harus diisi. Namun penelitian justru menunjukkan bahwa kebosanan sebenarnya merupakan landasan yang kuat untuk kreativitas, pemecahan masalah, dan pertumbuhan emosional.23
Ketika anak-anak merasa bosan, otak mereka mendapatkan kebebasan untuk mengeksplorasi, berkreasi, dan menghubungkan ide-ide dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh AI.4 Penelitian juga menunjukkan bahwa waktu yang tidak terstruktur malah mendukung pengaturan diri, kemandirian, dan kesehatan mental yang lebih baik.5
Reflective Questions:
Kapan terakhir anak Anda benar-benar bosan? Apa yang akhirnya mereka lakukan?
Bagaimana perasaan Anda saat merasa “gak ada yang bisa dilakukan” oleh Anda atau anak-anak Anda?
Di dunia yang penuh dengan jawaban instan dan stimulasi tanpa henti, apa yang akan kita temukan ketika kita membiarkan diri kita bosan lebih lama di musim panas ini?
🤔 THINK framework spotlight: H untuk How Does it Work
Memahami cara kerja AI bisa membantu anak-anak untuk membangun kebiasaan teknologi yang sehat. Jawaban AI itu berasal dari pola data dalam pelatihannya, yang kadang datanya bisa terbatas ataupun bias. Bayangkan AI seperti robot pustakawan dengan perpustakaan yang terbatas. AI tidak bisa mengetahui segalanya dan kadang malah membuat kesalahan atau mengabaikan beberapa informasi. Jadi penting untuk menjelaskan “keajaiban“ dibalik AI agar anak-anak kita bisa percaya diri untuk mengambil kendali dan tidak begitu saja percaya saran atau jawaban dari AI.
🗂️ Ide Pembuka Percakapan Tentang AI
Usia 5-7 tahun:
”Bayangkan AI itu sebagai robot pustakawan. Jadi dia hanya bisa menjawab pertanyaan kamu dengan menggunakan buku-buku yang ada di perpustakaannya. Kalau kamu bertanya tentang sesuatu yang gak ada di dalam bukunya, ia mungkin tidak tahu jawabannya atau bahkan bisa mengarang responsnya sendiri! Karena itu, ada baiknya kamu selalu memeriksa lagi apakah jawabannya masuk akal, seperti halnya kalau kamu memeriksa ulang informasi dari sebuah buku atau teman.”
Usia 8-12 tahun:
“Coba bayangkan AI sebagai pustakawan super cepat dengan perpustakaan yang sangat besar, tapi dia cuman punya buku-buku yang ada saat perpustakaannya dibangun. Jadi, ketika kamu mengajukan pertanyaan, AI akan mencari pola dan informasi dari perpustakaan tersebut untuk memberikan jawaban. Tapi, kalau buku-buku tersebut tidak punya semua fakta yang relevan atau justru ada kesalahan, jawaban AI jadi bisa salah atau bias. Itulah kenapa penting untuk kamu bertanya, ‘Dari mana sih jawaban ini berasal?’ Dan tidak langsung percaya begitu saja.”
Usia 13+ tahun:
”Berbagai model AI itu dilatih dengan koleksi teks yang sangan banyak, seperti memiliki akses ke perpustakaan digital raksasa. Saat kamu mengajukan pertanyaan, AI mencari pola dan asosiasi informasi dalam hal yang dia “baca” di perpustakaannya untuk memprediksi jawaban yang terbaik. Namun, jika perspektif tertentu, atau fakta dan informasi terkini tidak ada dalam data pelatihannya, AI tidak dapat memasukkannya ke dalam jawabannya. Itulah mengapa penting untuk kami berpikir kritis terhadap jawaban AI. Informasinya bisa saja hanya mencakup “buku-buku” dari negara tertentu dan tidak menggunakan informasi dari konteks Indonesia. Sama halnya ketika kamu sedang meneliti di perpustakaan dengan buku-buku yang terbatas atau ketinggalan jaman.”
🌱 A Sneak Peek: Tantangan Bosan Yuk is coming soon!
Di liburan sekolah ini, saya akan mencoba sesuatu yang baru dalam keluarga kami! Dan saya ingin kalian bisa ikut bergabung.
Daripada mengisi setiap hari anak saya penuh dengan kegiatan, bagaimana kalau saya justru memberikan izin ke anak saya (dan juga saya sendiri) untuk merasa bosan? Bagaimana kalau kita tidak lagi melihat kebosanan sebagai masalah yang harus diatasi, tapi justru sebagai pemicu kreativitas, kemandirian, dan self-discovery?
Bulan depan, saya akan berbagi cara untuk Anda bisa ikutan Tatangan Bosan Yuk!
Ini sederhana dan praktis untuk semua keluarga, apa pun rencana liburan sekolah Anda! Yang dibutuhkan cuman sedikit waktu luang dan open mind. Stay tuned!
💪 Parent-Powered AI Digest
Buku Baru: The AI Con by Emily Bender and Alex Hanna & Empire of AI by Karen Hao
Dua buku baru ini membedah AI hype dan mengeksplorasi dampak nyata, etika, dan peran social AI.
Apa artinya bagi orang tua: Bagi saya, kedua buku ini adalah bacaan yang menyegarkan dari headlines AI yang biasanya menggembar-gemborkan atau menakut-nakuti pembaca. Paparannya terasa jujur dan mudah di akses, khususnya tentang batasan, risiko, dan pengaruh AI terhadap masa depan anak-anak kita.
Kenapa ini penting: Kedua buku ini berpendapat bahwa masa depan AI tidak boleh diputuskan oleh Silicon Valley saja. Sebagai orang tua, kita berhak mendapatkan tempat duduk di meja perundingan atau setidaknya didengar oleh mereka yang di sana. Suara kita sebagai orang tua itu penting dalam membentuk bagaimana AI berdampak pada anak-anak dan komunitas kita.
MIT Technology Review: Jejak Energi AI yang Melonjak Tinggi
Laporan MIT baru-baru ini mengungkapkan bahwa penggunaan energi AI berkembang pesat, dengan pusat data yang kini menyumbang hingga 4,4% dari total listrik AS dan diproyeksikan mencapai 12% pada tahun 2028. Satu miliar permintaan ChatGPT per hari sama dengan energi yang cukup untuk menyalakan lebih dari 10.000 rumah di Amerika Serikat selama satu tahun.
Apa artinya bagi orang tua: Pertumbuhan AI itu juga merupakan masalah lingkungan. GenAI ini mungkin terasa “gratis” bagi kita tetapi energi di baliknya tidak. Ketika AI menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita, penting untuk mengenali harga sebenarnya yang mungkin akan ditanggung oleh keluarga dan anak kita.
🔑 Intinya
Kebosanan itu bukan masalah yang harus diatasi. Bahkan, kebosanan bisa menjadi hadiah. Di dunia dengan penuh jawaban instan dan stimulasi dari AI, yuk kita lindungi momen-momen tenang yang bisa menumbuhkan kreativitas dan perkembangan anak.
Mari ingat bahwa masa depan AI juga harus perlu ditentukan oleh suara kita, para orang tua, bukan hanya suara dari perusahaan-perusahaan teknologi raksasa.
Terima kasih ya sudah menjadi bagian dari perjalanan parenting di era AI ini.
Dhani
P.S. Musim panas akan mulai tanggal 20 Juni nih! Aku akan sharing cara ikutan Tantangan Bosan Yuk di bulan depan, tepat mulainya liburan sekolah!
https://www.nature.com/articles/s41599-024-02851-7
https://inpact-psychologyconference.org/wp-content/uploads/2023/06/2023inpact144.pdf
https://www.bbc.com/culture/article/20200522-how-boredom-can-spark-creativity
https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4060299/
https://www.cpha.ca/sites/default/files/uploads/resources/play/play_5reasons_infographic_e.pdf?utm_source=perplexity